Sunday, November 18, 2007

Asteroid melintas dekat bumi, mungkin bakal nabrak

Para astronom saat ini memantau satu asteroid, setelah benda angkasa tersebut hari Senin melinta di dekat planet Bumi.

Asteroid yang mempunyai lebar sekitar 1 kilometer itu melayang dengan kecepatan sekitar 16 kilometer perdetik.

Ketika melewati Bumi, asteroid ini berjarak sekitar 430 ribu kilometer.

Jay Tate dari satu badan yang meneliti potensi ancaman asteroid dan komet, mengatakan, jika asteroid tersebut, yang diberi nama 2004 XP 14 menabrak Bumi, dampaknya bisa "sangat menarik".

"Ledakan tabrakan tersebut bisa 500 kali lebih hebat dibandingkan bom hidrogen yang dibuat oleh manusia," katanya.

"Kawah yang ditimbulkan dari ledakan tersebut mungkin akan sama besarnya dengan wilayah negara Belgia atau Belanda, dalam waktu 90 detik pertama," tuturnya

"Dan dalam waktu beberapa hari, hampir seluruh permukaan bumi akan dilapisi oleh debu dan sisa-sisa ledakan," tambah Jay Tate dari Safeguard UK, lembaga yang meneliti potensi ancaman komet dan asteroid di Inggris.

Tahun 2029 akan menjadi tahun yang paling mendebarkan bagi umat manusia di Bumi, khususnya para pakar antariksa. Ketika saat itu tiba, asteroid raksasa yang bernama Apophis diperkirakan akan melintas bumi pada jarak yang sangat dekat, sekitar 19 ribu mil (32 ribu km).

Jika kekuatan gravitasi bisa 'mengundang' sang asteroid singgah ke bumi maka bencana besar pun diprediksi bakal terjadi. Betapa tidak, hantaman Apophis akan menghancurkan permukaan bumi dengan luasan wilayah sebesar Inggris. Bisa dibayangkan betapa luluh lantaknya bumi ketika bencana antariksa itu terjadi.

Ancaman tersebut tak berhenti sampai di situ. Jika Apophis tak jatuh ke bumi di tahun 2029, kemungkinan besar asteroid ini akan mengubah orbitnya. Sehingga, akan berada pada lintasan yang dapat menghantam Bumi saat asteroid itu melewati bumi lagi pada tahun 2036.

Perkiraan akan terjadinya fenomena alam ini tentu saja meninggalkan pekerjaan rumah yang cukup berat bagi para pakar. Para ilmuwan Amerika Serikat misalnya, kini memantau dengan seksama pergerakan Apophis. Bagaimana sebaiknya respons masyarakat internasional terhadap ancaman asteroid itu pun menjadi topik hangat yang terus menjadi perdebatan.

Tampaknya tak perlu menunggu lebih lama sebelum sang asteorid datang ke bumi. Gerak cepat pun kini mulai dilakukan. Empat seminar yang dimulai pada akhir tahun 2007 ini akan menjadi titik awal dari tindakan yang akan dilakukan umat manusia di bumi. Jika rancangan kesepakatan sudah dihasilkan, maka keputusan itu akan diajukan kepada PBB pada 2009 untuk direalisasikan.

Merancang teknologi
Berkaitan dengan ancaman hantaman benda langit itu, kini para pakar sibuk merancang teknologi tercanggih untuk menghalau asteroid. Terakhir, para ilmuwan membuat sebuah pesawat antariksa yang berfungsi seperti layaknya 'traktor'. Pesawat ini dapat dimanfaatkan untuk menyeret sebuah asteroid keluar dari lintasannya sebelum benda langit itu menghantam bumi dengan konsekuensi katastrofik.

Astronot dari Lembaga Antariksa AS (NASA), Edward Lu, mengemukakan bahwa selama ini 'gaya Hollywood' memang menjadi pilihan mereka untuk mengatasi ancaman asteroid tersebut. Salah satunya dengan meledakkan bom nuklir di angkasa luar untuk menghancurkan sebuah asteroid yang kemungkinan menabrak Bumi.

Saat menjadi pembicara pada pertemuan tahunan American Association for the Advancement of Science's akhir pekan lalu, Lu menjelaskan cara yang paling mungkin yang akan dipakai adalah dengan menggunakan tarikan gravitasi untuk mengubah lintasan asteroid itu. ''Selama ini, sejumlah metoda yang terlihat lebih sederhana telah menjadi perbincangan banyak orang.

Namun, dari hasil pengamatan yang lebih mendalam, ternyata masalah yang kita hadapi tak sesederhana yang kita bayangkan,'' ungkapnya. Menurutnya, ada berbagai pilihan elemen mendasar dalam hal ini. Seperti, menghantam sang asteriod dengan bom atau menerbangkan pesawat antariksa ke arah asteroid. ''Sesungguhnya, Anda tidak akan tahu apa akibat yang akan ditimbulkan dari tindakan itu. Apa yang terjadi bisa saja berakibat sesuatu yang lebih buruk dari perkiraan kita,'' paparnya.

Menurut Lu, cara yang sejauh ini dianggap terbaik adalah dengan menempatkan sebuah pesawat antariksa berupa 'traktor' kecil untuk menghalau asteroid yang berbahaya. Ukuran 'traktor' yang digunakan tak harus berbeda dengan beberapa misi Apollo sebelumnya. ''Pesawat antariksa itu akan ditempatkan mengambang, bisa di depan atau di belakang sang asteroid, dengan tujuan untuk menyeret asteroid itu dari lintasannya dengan gaya berat,'' papar Lu.

Russell Schweickart, ketua umum Association of Space Explorers, yang beranggotakan para astronot, menyatakan ada suatu kebutuhan mutlak bagi ditetapkannya berbagai prosedur yang diakui secara internasional untuk menghadapi ancaman asteroid. ''Kita paham bagaimana mengindentifikasi sebuah astroid. Kita juga tahu bagaimana menghalaunya. Yang menjadi pertanyaan adalah siapakah yang akan memikul tanggung jawab untuk menghadapinya. kemudian, siapa yang berhak mengambil posisi sebagai pengambil keputusan?'' kata Schweickart.

Namun, masalah lain kemudian muncul. Pada kenyataan, ungkap Schweickart, tak mungkin menetapkan lebih awal bagian bola dunia mana yang kemungkinan akan dihantam asteroid ketika benda langit itu pertama kali diidentifikasi akan mengancam planet Bumi. ''Namun, kamu harus menentukan ke arah mana asteroid itu ketika masih berada pada lintasannya. Jika kamu menunggu hingga pada titik jatuhnya astroid, itu akan sangat terlambat. Kita akan sekadar menyaksikan asteroid itu 'sukses' menghantam bumi,'' ujarnya.

Karena itu, Schweickart mengingatkan bahwa para pakar harus sedini mungkin mempersiapkan diri ketika saat itu tiba. ''Ketika anda melihat ada potensi di mana asteroid seperti Apophis akan menghantam bumi, anda harus bisa memetakan ke arah mana asteroid itu akan melintasi bumi,'' katanya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Schweickart mengemukakan kelompok kerja yang terdiri atas para ilmuwan, diplomat, dan pakar terkemuka dalam hukum internasional akan mengupayakan rancangan kesepakatan mengenai tindakan yang akan dilakukan. Dua tahun ke depan, hasilnya akan dibawa ke PBB untuk dipertimbangkan. mag/afp

No comments: